Selasa, 05 Juni 2012

Karakter Mahasiswa Ilmu Informasi & Perpustakaan Di Era Informasi


Tulisan ini mendapat penghargaan sebagai juara II dalam Lomba  Esai Tingkat Nasional di Universitas Airlangga Surabaya, Desember 19 November 2011.

Pendidikan perpustakaan di Indonesia sudah menginjak usia 59 tahun sejak munculnya pendidikan formal perpustakaan pada tahun 1952. Dalam usia tersebut pendidikan perpustakaan sudah tentu mengalami banyak perubahan baik dari segi kurikulum, kualitas maupun jumlah kuantitas mahasiswanya. Perjalanan sejarah pendidikan perpustakaan tentunya mempengaruhi pola pikir dan karakter mahasiswa Ilmu Informasi dan Perpustakaan. Pendidikan perpustakaan pertama kali dimulai dari Kursus Pendidikan Pegawai Perpustakaan pada tahun 1952 sekaligus awal muncul pendidikan perpustakaan di
Indonesia, 3 tahun kemudian berganti nama menjadi Kursus Pendidikan Ahli Perpustakaan pada tahun 1955, selanjutnya menjadi Sekolah Perpustakaan yang pada akhirnya berubah nama menjadi Jurusan Ilmu Perpustakaan yang secara resmi masuk ke perguruan tinggi Universitas Indonesia pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan pada tahun 1961. Namun karena pada tahun 1963 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan menjadi Insitut Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang terpisah dari Universitas Indonesia, Jurusan Ilmu Perpustakaan pada saat itu bergabung pada Fakultas Sastra yang berganti nama Fakultas Ilmu Budaya pada tahun 2002. Dengan masuknya Jurusan Ilmu Perpustakaan di perguruan tinggi, maka banyak perguruan tinggi baik swasta maupun negeri yang mulai membuka program studi Ilmu Perpustakaan.
Pada penulisan ini penulis menggunakan nama “Ilmu Informasi dan Perpustakaan” dalam menjelaskan karakter mahasiswanya sebagai judul yang telah disyaratkan dalam hal ini mewakili nama-nama jurusan yang berbeda antara lain “Ilmu Perpustakaan”, “Ilmu Informasi”, serta “Ilmu Perpustakaan dan Informasi” sehingga nantinya secara menyeluruh dapat terkait karena pada hakikatnya memang fenomena inilah yang kita lihat saat ini. Melihat perjalanan jurusan Ilmu Informasi dan Perpustakaan pada saat ini banyak perguruan tinggi penyelenggara jurusan Ilmu Informasi dan Perpustakaan yang mencoba untuk mengembangkan disiplin ilmunya dan memperluas kajiannya dalam bidang perpustakaan. Akan tetapi jika kita melihat kenyataan sampai pada era globalisasi informasi ini perguruan tinggi yang menyelenggarakan jurusan ini masih ketinggalan jauh dalam hal pengembangan akademik, kompetensi disiplin ilmu sehingga mahasiswa jurusan Ilmu Informasi dan Perpustakaan sebagai calon pustakawan belum siap beradaptasi dengan dunia kerja. Ini mungkin disebabkan ketidakmampuan para akademisi Ilmu Informasi dan Perpustakaan dalam  menyelesaikan persoalan internal dalam tubuh jurusan ini sendiri. Salah satu faktor yang mempengaruhi masalah ini bahwa tidak adanya kejelasan para pencetus jurusan ini dalam mengembangkan jurusan ini. Jurusan Ilmu Perpustakaan di Indonesia pertama kali dimulai di Universitas Indonesia yang dimana juga mempengaruhi kampus-kampus yang lain dalam perjalanan jurusan ini. Guru besar bidang ilmu perpustakaan Indonesia bernama Sulistyio Basuki menjadi satu-satunya orang yang berpengaruh dalam dunia pendidikan perpustakaan sehingga sampai saat ini jurusan Ilmu Informasi dan Perpustakaan masih sepenuhnya menerapkan pemahaman atau teorinya dalam hal penempatan Ilmu Informasi dan Perpustakaan pada Fakultasnya. Bahkan banyak perguruan tinggi penyelenggara pendidikan perpustakaan tidak menjelaskan dalam mata kuliah yang mempelajari hakikat dari Ilmu Perpustakaan dan asal usul ilmu perpustakaan dikatakan sebagai sebuah disiplin ilmu. Efek dari tidak adanya penagangan yang serius dalam pengembangan jurusan ini ialah banyak diantara perguruan tinggi yang menyelenggarkan jurusan Ilmu Informasi dan Perpustakaan yang mempunyai status nama jurusan yang berbeda di Indonesia. Hal inilah yang sebetulnya menjadi titik fokus dan urgen untuk bagaimana kita dapat melakukan penyatuan sehingga tidak ada lagi persoalan yang muncul yang dikarenakan oleh nama jurusan yang berbeda disetiap Kampus. Walaupun sudah banyak yang pernah mengadakan upaya baik lokakarya atau seminar dalam membahas perbedaan nama jurusan akan tetapi secara umum belum mengahasilkan penyatuan bersama dalam menetapkan nama jurusan. Beberapa nama yang selalu kita lihat di setiap perguruan tinggi antara lain, Ilmu Perpustakaan, Ilmu Informasi, Ilmu Perpustakaan dan Informasi, dan Ilmu Informasi dan Perpustakaan.
Kita ketahui bahwa pada hakikatnya Ilmu Perpustakaan lebih dulu lahir dibandingkan Ilmu Informasi namun seiring berkembangnya informasi dan semakin banyak informasi membuat kajiannya semakin meluas sehingga muncul integrasi dari dua disiplin ilmu ini dengan nama Ilmu Perpustakaan dan Informasi serta Ilmu Informasi dan Perpustakaan. Perpustakaan tidak dapat dipisahkan dengan sumber informasi sebab perpustakaanlah yang menjadi wadah untuk penyimpangan sumber informasi. Apalagi satu-satunya wadah yang masih tetap eksis dalam mengolah, menjaga, dan menyebarluaskan informasi hanyalah perpustakaan. Wajarlah jika mahasiswa Ilmu Informasi dan Perpustakaan sebagai calon pustakawan perlu mempersiapkan dirinya sebagai agen informasi di era informasi.
Perbedaan itulah yang juga menyebabkan sampai saat ini kita tidak mampu menempatkan jurusan Ilmu Informasi dan Perpustakaan berada di fakultas yang sesungguhnya. Wacana ini bukan lagi berita yang baru bagi mahasiswa jurusan Ilmu Informasi dan Perpustakaan sebab realitas yang terjadi bahwa seluruh mahasiswa Ilmu Informasi dan Perpustakaan mempertanyakan perbedaan ini. Ketidakjelasan fakultas yang ditempati itu dengan sendirinya juga memunculkan kesan negative karena kita tidak mengetahui posisi disiplin Ilmu Informasi dan Perpustakaan. Walaupun sebagian para mahasiswa pernah mengatakan bahwa dari perbedaan itulah yang menjadi kelebihan karena ternyata jurusan kita mampu hidup disemua disiplin ilmu yang ada dan mampu menyesuaikan mata kuliahnya dengan fakultas yang menaunginya. Akan tetapi pada silabus perkuliahan di setiap kampus yang mempunyai jurusan ini tidak menemui kurikulum yang memadai bahkan terkadang kita mendapatkan silabus yang berbeda karena harus di integrasikan dengan fakultasnya.
Untuk memecahkan masalah tersebut bukanlah hal yang mudah, harus ada upaya yang serius untuk mempersatukan pemikiran para akademisi dan praktisi perpustakaan dengan pertemuan formal membahas problem tersebut. Tentunya mahasiswa juga mempunyai peran yang sangat besar dalam hal ini sebab masalah ini menjadi titik tolak mahasiswa perpustakaan untuk menentukan karakter mahasiswa informasi dan perpustakaan. Adanya wadah Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) yang menjadi mediator profesi pustakawan di Indonesia harusnya dapat berbuat banyak dalam pengembangan jurusan. Akan tetapi ditubuh internal Ikatan Pustakawan Indonesia juga punya persoalan pada anggota-anggotanya yang rata-rata bukan berasal dari alumni Ilmu Informasi dan Perpustakaan, sehingga Ikatan Pustakawan Indonesia tidak ideal. Untuk mahasiswa Ilmu Informasi dan Perpustakaan memiliki wadah Himpunan Mahasiswa Perpustakaan dan Informasi Indonesia (HMPII) yang menjadi naungan mahasiswa Ilmu Informasi dan Perpustakaan se Indonesia. Organisasi ini sebetulnya sangat diperlukan gerakannya dalam memberikan idea tau pemikiran yang baru mengenai pengembangan jurusan. Namun Himpunan Mahasiswa Perpustakaan dan Informasi Indonesia (HMPII) masih berada dalam kesibukan fase konsolidasi internal kelembagaan sehingga belum ada tindakan yang berarti.
Sedemikian banyaknya persoalan yang terjadi didalam pendidikan perpustakaan mnuntut adanya peran yang nyata dari mahasiswa. Mahasiswa pada dasarnya mempunyai tanggung jawab yang besar sebagai kaum intelektual, tanpa ada gebrakan dari kalangan mahasiswa maka intelektual mereka menjadi beku. Keterkunkungan mahasiswa dalam berkreasi dan berkreativitas akan melahirkan mahasiswa yang tidak mempunyai karakter dalam pribadinya serta tidak mempunyai nilai dari orang diluar dirinya. Inilah yang perlu menjadi perhatian mahasiswa Ilmu Informasi dan Perpustakaan di era globalisasi informasi sekarang ini agar berupaya untuk melakukan kreativitas atau gerakan yang nyata sebagai insan akademis. Mahasiswa Ilmu Informasi dan Perpustakaan harus bergerak dinamis sehingga mereka tidak hanya terfokus pada wilayah pengelolaan informasi semata di dalam perpustakaan. Akan tetapi mahasiswa Ilmu Informasi dan Perpustakaan punya kekuatan dalam hal mempengaruhi masyarakat secara meluas tanpa membedakan struktur sosial dalam menarik simpati masyarakat untuk memberdayakan perpustakaan sebagai sumber belajar dan mendapatkan informasi.
 Tentu juga kita harus pahami bahwa karakter mahasiswa saat ini bemacam-macam, adanya mahasiswa yang bersifat hedonisme dalam dunia kampus mempengaruhi proses pembentukan karakter mahasiswa yang acuh tak acuh bahkan hanya ingin bersenang-senang tanpa ada aktualisasi dari nilai-nilai akademis yang dia peroleh. Kemudian munculnya mahasiswa yang bersifat akademis yang hanya fokus pada perkuliahan dan pencapaian nilai semata membuat karakter mahasiswa tersebut tidak mempunyai kepekaan sosial dalam menerapkan ilmu yang mereka dapatkan. Padahal untuk mencapai kesuksesan bukanlah kecerdasan intelektual semata yang menentukan akan tetapi harus didukung oleh kecerdasan emosional dan spiritual mahasiswa. Untuk mengasah kecerdasan tersebut mahasiswa butuh sebuah wadah untuk beraktualisasi yakni organisasi.  Mahasiswa yang berorganisasi adalah mahasiswa yang ingin melalukan proses pengembangan diri dan pembentukan karakter sehingga dengan organisasi dijadikan sebagai alat untuk mencari jati diri yang paripurna serta  penunjang menuju kesuksesan. Tipe mahasiswa semacam inilah yang dikatakan mahasiswa organisator. Selanjutnya mahasiswa yang aktif keluar melakukan kegiatan-kegiatan sosial serta melakukan advokasi terhadap apa yang dilihatnya sebagai hal yang keliru adalah mahasiswa aktivis. Dengan kepekaan sosial terhadap isu-isu yang berkembang maka secara sadar mereka melakukan interaksi sosial yang tujuannya untuk mengaktualisasi nili-nilai luhur yang didapatkan melalui organisasi.   
Dalam membangun mahasiswa perpustakaan di era informasi yang berkarakter di perlukan ada upaya yang semestinya diterpkan ole fihak perguruan tinggi dan terkhusus pada pengelola jurusan. Ketika fihak tersebut menerapkan kurikulum atau silabus perkuliahan yang dapat menunjang dalam pengembangan skill diera informasi yang serba digital ini maka dengan sendirinya akan muncul karakter mahasiswa yang dapat diandalkan. demikian juga dengan lembaga kemahasiswaan perpustakaan yang ada didalam kampus dapat berperan sebagai organisasi pencipta kader yang punya karakter yang kuat karena didalam lembaga tersebut mahasiswa secara terorganisir memposisiskan diri mereka sebagai wadah pengembangan intelektual dan mengasah kemampuan emosional dan spiritual. Banyak mahasiswa yang telah menyelesaikan kuliah dari kampus yang kemudian tidak punya pengalaman dan tidak punya kemampuan untuk berinteraksi terhadap masyarakat yang ada disekelilingnya karena pada saat mahasiswa dia melewatkan kesempatan untuk berorganisasi.
Adapun karakter-karakter yang perlu dimiliki oleh mahasiswa Ilmu Informasi dan Perpustakaan di era informasi saat ini yaitu:
1.      Memiliki wawasan yang luas terhadap berbagai disiplin ilmu karena mahasiswa  Informasi dan Perpustakaan adalah pengelola informasi yang menjadikan dirinya sebagai agen informasi atau mediator antar pengguna informasi.
2.      Memiliki keinginan yang kuat untuk selalu berusaha memberikan pelayanan informasi yang maksimal dalam membangun masyarakat informasi di era kelimpahruahan informasi yang serba digital.
3.      Memilki komitmen yang dilandasi semangat ideologis Tridarma Perguruan Tinggi sehingga wujud dari pengamalan tersebut dapat tersalurkan melalui pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat dalam kajiannya yakni mahasiswa jurusan Ilmu Informasi dan Perpustakaan.
4.      Memiliki keterampilan dan mengupayakan diri untuk mengikuti dan menguasai perkembangan dunia teknologi yang serba canggih dalam hal pelayanan informasi sehingga mahasiswa Ilmu Informasi dan Perpustakaan tidak ada lagi yang tidak tahu menggunakan teknologi informasi. Apalagi dengan adanya konsep perpustakaan digital atau maya yang menuntut kita untuk mengusai system tersebut.
5.      Memiliki Kepekaan sosial, dengan berbagai kegiatan sosial yang sifatnya dapat mengarahkan masyarakat menjadi masyarakat informasi dan cinta perpustakaan serta masyarakat yang gemar membaca sehingga posisi mahasiswa sebagai agen, mediator, komunikator, dan distributor informasi.
6.      Bergerak dinamis, mahasiswa perpustakaan dan informasi bukan hanya terfokus pada perpustakaan dalam menyebarkan informasi, tetapi mahasiswa perpustakaan dan informasi sebisa mungkin menjadi sumber pemberi informasi dan pengetahuan kepada orang yang membutuhkan informasi kapanpun dan dimanapun. Jadi Ilmu Informasi dan Perpustakaan tidak hanya mengelola informasi tetapi juga menguasai informasi secara up-date baik dengan media cetak maupun elektronik. Salah satu yang dapat dilakukan ialah mengajak mahasiswa yang jarang atau tidak pernah masuk keperpustakaan untuk rajin keperpustakaan dengan cara yang simpatik dan strategi yang dinamis apalagi pelajar dan mahasiswa pada saat ini sangat malas memanfaatkan perpustakaan padahal sebagai seorang mahasiswa harusnya sadar akan identitasnya. Tetapi persoalannya saat ini ternyata mahasiswa jurusan perpustakaan dan informasi sendiri yang malas keperpustakaan.
7.      Memiliki daya kritis dan analisis mengenai sistem informasi yang digunakan oleh perpustakaan dan lembaga informasi sehingga mahasiswa perpustakaan dapat memberikan konstribusi dengan daya analisis yang dilakukan terhadap pengaruh sistem informasi yang digunakan dalam melakukan pelayanan informasi kepada masyarakat khususnya pemustaka. dengan kemampuan ini kita dapat mengetahui dimana letak kekurangan system informasi tersebut agar dapat perbaharui sesuai dengan kebutuhan masyarakat serta melakukan diskusi terhadap isu-isu yang terjadi didalam dunia perpustakaan.
8.      Memilki kreatifitas, mahasiswa informasi perpustakaan mestinya memiliki daya kreatif sehingga perpustakaan yang dijadikan sebagai sumber informasi itu dapat didesain dengan system yang baru agar tidak membosankan atau dengan upaya aktif keluar artinya dengan membuat semacam media seperti majalah atau Koran yang berbentuk sosialisasi pemberdayaan perpustakaan atau kesadaran masyarakat dalam mencerdaskan bangsa. Contoh yang dapat dilakukan perpustakaan yakni dengan melakukan sistem pengiriman buku seperti halnya KFC yang dengan pelayanan antar langsung ditempat atau dengan membuat semacam warung atau kafe yang memfasilitasi bahan bacaan yang disertai dengan makanan dan minuman sehingga dalam mencari informasi itu dapat diperoleh dengan santai.   
Jadi mahasiswa Ilmu Informasi dan Perpustakaan semestinya memiliki karakter seperti diatas tersebut, dengan begitu akan lahirlah calon-calon pustakawan yang professional yang dapat memberikan konstribusi yang sangat berarti buat perkembangan dunia pendidikan perpustakaan dan perpustakaan di Indonesia. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar