Selasa, 12 Juni 2012

"Pemimpin", Tak Mesti Jadi Pemimpin


           Dalam sebuah organisasi,  konsep manajemen sangat penting sebagai sebuah strategi dan langkah dalam mengolah, menjalankan, mengatur, mengarahkan, dan memimpin organisasi. Proses manajemen tersebut terdapat kelompok kerjasama yang saling menopang dalam mencapai tujuan organisasi. Dari proses manajemen tersebut mulai dari merencanakan, mengorganisasikan, pembagian kerja, melaksanakan, mengontrol, hingga pada tahap evaluasi yang paling berperan penting adalah manajer, pimpinan, ketua, kepala, dan jabatan lain sebagai atasan.
Seorang pemimpin dalam sebuah organisasi memiliki pengaruh yang urgen dalam dinamika organisasi, sebab posisi sebagai atasan menjadi tolak ukur keberhasilan dan kesuksesan sebuah organisasi dalam mencapai tujuannya. Maka peran pemimpin sebagai penghubung (peran antar pribadi), memonitor (peran informasional), negosiator (peran memutuskan) dapat tercapai secara efektif ketika pemimpin mampu melakukan perannya kepada para bawahan atau anggota-anggota organisasi secara koordinasi.
Kondisi yang terjadi dalam organisasi saat ini baik organisasi mahasiswa, sosial, pemerintahan maupun organisasi politik, kita dapat mengamati dengan banyaknya anggota-anggota dalam organisasi yang mengincar posisi sebagai pemimpin organisasi. Hal tersebut sebenarnya dinamika organisasi yang wajar terjadi sebab para anggota organisasi tersebut ingin beraktualisasi sebagai proses puncak dan pada umumnya ingin belajar dan mencari pengalaman sebagai seorang pemimpin organisasi bahkan adapula yang ingin menjadi popularitas ataupun alasan lainnya. Namun, di balik antusias ingin menjadi pemimpin, organisasi sering mendapat dampak negative yang dapat melemahkan kerja organisasi dalam mencapai target tujuannya, bahkan kerjasama kurang terjalin erat dan tak sependapat karena di sibukkan oleh politik menjadi pemimpin.
Dari kondisi tersebut penulis ingin berargumen bahwa sebagai proses untuk menghargai proses dalam berorganisasi dan tetap menjadikan diri sebagai pemimpin walaupun tak menjadi atasan atau pemimpin organisasi. Sebagai seorang manusia yang secara fitrah dilahirkan untuk menjadi seorang pemimpin, yaitu pemimpin untuk diri sendiri dan pemimpin untuk orang lain, maka berlandaskan pernyataan tersebut, kita sebenarnya telah menjadi pemimpin walaupun statusnya sebagai anggota dalam organisasi tetapi bukan pemimpin organisasi (Pimpinan,Ketua,Kepala,dan Atasan). Pemimpin sebagai definisi dasar dari mampu menpengaruhi dan menggerakan orang lain juga selalu terdapat dalam aktivitas kita dalam berorganisasi.
Salah satu solusi untuk mewadahi keinginan anggota yaitu memberikan ruang untuk berkreasi dan beraktualisasi, begitupun dengan para pemerintah dan stakeholder dapat memberikan ruang sebagai wadah untuk menyalurkan aspirasi sehingga anggota dalam sebuah organisasi tidak lagi berebut satu kursi menjadi pemimpin organisasi.
Pada akhirnya, jika ingin menjadi Pemimpin, tak mesti jadi Pemimpin (Pimpinan, Ketua, Kepala, dan Atasan) sebab dengan posisi apapun yang kita sandang akan bermakna dan memberikan pengaruh bagi orang lain ketika kita mampu menjalankan peran dan tugas yang di amanahkan kepada kita, bersunggu-sungguh dalam menjalankan amanah adalah sikap kepemimpinan yang patut untuk diapresiasi oleh orang masyarakat organisasi. Jadi tak semestinya kita berebut satu posisi sebagai atasan, sebagai pengusa yang memiliki kekuasaan. Jadilah pemimpin dalam status anggota sebab kita masing-masing punya keahlian baik keterampilan teknis, manusiawi, dan konseptual, tinggal bagaimana Anda menjalankan amanah posisi Anda dengan keahlian tersebut.   
Penulis : Irsan (13 Juni 2012, 12.00 )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar