Dalam sebuah organisasi, konsep manajemen sangat penting sebagai sebuah
strategi dan langkah dalam mengolah, menjalankan, mengatur, mengarahkan, dan memimpin
organisasi. Proses manajemen tersebut terdapat kelompok kerjasama yang saling
menopang dalam mencapai tujuan organisasi. Dari proses manajemen tersebut mulai
dari merencanakan, mengorganisasikan, pembagian kerja, melaksanakan,
mengontrol, hingga pada tahap evaluasi yang paling berperan penting adalah
manajer, pimpinan, ketua, kepala, dan jabatan lain sebagai atasan.
Seorang pemimpin dalam sebuah organisasi memiliki pengaruh yang
urgen dalam dinamika organisasi, sebab posisi sebagai atasan menjadi tolak ukur
keberhasilan dan kesuksesan sebuah organisasi dalam mencapai tujuannya. Maka peran
pemimpin sebagai penghubung (peran antar pribadi), memonitor (peran
informasional), negosiator (peran memutuskan) dapat tercapai secara efektif
ketika pemimpin mampu melakukan perannya kepada para bawahan atau
anggota-anggota organisasi secara koordinasi.
Kondisi yang terjadi dalam organisasi saat ini baik organisasi
mahasiswa, sosial, pemerintahan maupun organisasi politik, kita dapat mengamati
dengan banyaknya anggota-anggota dalam organisasi yang mengincar posisi sebagai
pemimpin organisasi. Hal tersebut sebenarnya dinamika organisasi yang wajar
terjadi sebab para anggota organisasi tersebut ingin beraktualisasi sebagai
proses puncak dan pada umumnya ingin belajar dan mencari pengalaman sebagai
seorang pemimpin organisasi bahkan adapula yang ingin menjadi popularitas ataupun
alasan lainnya. Namun, di balik antusias ingin menjadi pemimpin, organisasi
sering mendapat dampak negative yang dapat melemahkan kerja organisasi dalam
mencapai target tujuannya, bahkan kerjasama kurang terjalin erat dan tak
sependapat karena di sibukkan oleh politik menjadi pemimpin.
Dari kondisi tersebut penulis ingin berargumen bahwa sebagai proses
untuk menghargai proses dalam berorganisasi dan tetap menjadikan diri sebagai
pemimpin walaupun tak menjadi atasan atau pemimpin organisasi. Sebagai seorang
manusia yang secara fitrah dilahirkan untuk menjadi seorang pemimpin, yaitu
pemimpin untuk diri sendiri dan pemimpin untuk orang lain, maka berlandaskan
pernyataan tersebut, kita sebenarnya telah menjadi pemimpin walaupun statusnya
sebagai anggota dalam organisasi tetapi bukan pemimpin organisasi
(Pimpinan,Ketua,Kepala,dan Atasan). Pemimpin sebagai definisi dasar dari mampu
menpengaruhi dan menggerakan orang lain juga selalu terdapat dalam aktivitas
kita dalam berorganisasi.
Salah satu solusi untuk mewadahi keinginan anggota yaitu memberikan
ruang untuk berkreasi dan beraktualisasi, begitupun dengan para pemerintah dan stakeholder
dapat memberikan ruang sebagai wadah untuk menyalurkan aspirasi sehingga
anggota dalam sebuah organisasi tidak lagi berebut satu kursi menjadi pemimpin
organisasi.
Pada akhirnya, jika ingin menjadi Pemimpin, tak mesti jadi Pemimpin
(Pimpinan, Ketua, Kepala, dan Atasan) sebab dengan posisi apapun yang kita
sandang akan bermakna dan memberikan pengaruh bagi orang lain ketika kita mampu
menjalankan peran dan tugas yang di amanahkan kepada kita, bersunggu-sungguh
dalam menjalankan amanah adalah sikap kepemimpinan yang patut untuk diapresiasi
oleh orang masyarakat organisasi. Jadi tak semestinya kita berebut satu posisi
sebagai atasan, sebagai pengusa yang memiliki kekuasaan. Jadilah pemimpin dalam
status anggota sebab kita masing-masing punya keahlian baik keterampilan teknis,
manusiawi, dan konseptual, tinggal bagaimana Anda menjalankan amanah posisi
Anda dengan keahlian tersebut.
Penulis :
Irsan (13 Juni 2012, 12.00 )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar